Petisi untuk copot Gus Miftah dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan menjadi sorotan publik. Petisi ini muncul akibat pernyataan kontroversialnya saat memberikan ceramah di Magelang, Jawa Tengah, yang dianggap menghina seorang penjual es teh. Artikel ini akan membahas latar belakang, alasan di balik petisi, dan dampaknya terhadap publik.
Latar Belakang Kontroversi
Pada 20 November 2024, Gus Miftah memberikan ceramah di Lapangan drh Soepardi, Magelang, Jawa Tengah. Dalam acara tersebut, ia diduga menyebut seorang penjual es teh dengan kata-kata yang dianggap merendahkan, yaitu “yo kono didol, goblok” yang berarti “ya sana dijual, goblok”.
Reaksi Penjual Es Teh
Penjual es teh yang bernama Sunhaji mengaku tersinggung namun memilih bersabar. Sementara itu, video yang merekam kejadian tersebut langsung viral dan memancing berbagai reaksi, baik dari masyarakat maupun tokoh agama lainnya.
Munculnya Petisi Pencopotan
Petisi berjudul “Copot Gus Miftah dari Jabatan Utusan Khusus Presiden” dibuat di platform Change.org pada 4 Desember 2024. Hingga 5 Desember, lebih dari 12.000 orang telah menandatangani petisi ini.
Isi Petisi
Para penandatangan petisi mengkritik perilaku Gus Miftah yang dianggap tidak mencerminkan sikap seorang tokoh agama. Mereka menuntut pencopotan karena merasa ucapannya tidak sesuai dengan tugasnya sebagai pejabat negara yang seharusnya menjaga kerukunan dan memberikan teladan baik.
Profil Singkat Gus Miftah
Gus Miftah, atau Miftah Maulana Habiburrahman, lahir pada 5 Agustus 1981 di Lampung. Ia adalah pendiri Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta, dan dikenal dengan metode dakwah yang unik, seperti berdakwah di tempat hiburan malam. Pada Oktober 2024, ia dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama.
Prestasi dan Metode Dakwah
- Dakwah di Tempat Hiburan Malam: Menghadirkan agama di tempat yang dianggap kurang religius.
- Pemimpin Pesantren Modern: Membangun pesantren yang fokus pada dakwah kreatif.
Namun, metode ini tidak lepas dari kontroversi yang sering kali membayangi langkahnya.
Kontroversi Sebelumnya
Sebelum insiden Magelang, Gus Miftah kerap menjadi perbincangan karena berbagai kontroversi, seperti:
- Dakwah di Klub Malam: Menuai pro dan kontra dari masyarakat.
- Kehadiran di Gereja: Dikecam oleh beberapa pihak karena dianggap melanggar norma agama.
- Bagi-Bagi Uang di Pamekasan: Dituduh sebagai politik uang, meski Bawaslu menyatakan tidak ada pelanggaran.
Reaksi Publik dan Pemerintah
Insiden ini membelah opini publik. Sebagian besar masyarakat mendukung petisi pencopotan, dengan alasan ucapan Gus Miftah tidak mencerminkan teladan seorang pejabat negara. Namun, ada juga pihak yang membela Gus Miftah, menyatakan bahwa ucapannya adalah bentuk guyonan yang tidak perlu dibesar-besarkan.
Tanggapan Pemerintah
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari pihak Istana terkait petisi ini. Pemerintah kemungkinan masih memantau respons publik sebelum mengambil tindakan lebih lanjut.
Peluang Evaluasi dan Perbaikan
Kontroversi ini menjadi pengingat pentingnya menjaga sikap dan ucapan, terutama bagi pejabat negara yang menjadi panutan masyarakat. Gus Miftah dan tokoh publik lainnya perlu lebih berhati-hati agar dapat terus menjalankan tugasnya dengan baik dan tanpa kontroversi.
Kesimpulan
Petisi copot Gus Miftah menyoroti betapa besar ekspektasi publik terhadap seorang tokoh agama sekaligus pejabat negara. Masyarakat berharap adanya tindakan nyata, baik dari pihak pemerintah maupun Gus Miftah sendiri, untuk menjaga kepercayaan publik dan menghindari insiden serupa di masa depan.
Bagikan artikel ini agar lebih banyak orang memahami isu yang sedang terjadi. Ikuti blog kami untuk mendapatkan informasi terkini dan terpercaya!